Minggu, Februari 14, 2016
Alfa
Beberapa
diantara kita biasanya kalo ada acara pemilihan pengurus kelas sukanya
nunjuk-nunjuk teman yang lain biar dirinya sendiri nggak dipilih jadi pengurus
kelas.
Hayo, yang merasa
suka nunjuk-nunjuk orang lain...
Atau kamu malah
korban dari penunjukan temanmu?
Coba aja nih cara
memilih pengurus kelas...
1. Mengajukan Diri
"Aku siap jadi ketua kelas."
Wiih, kalo ada temanmu yang kayak gini patut diacungi 2
jempol atau kalo perlu kasih tepuk tangan yang meriah deh. Jarang loh, ada
teman yang mau mengajukan diri jadi pengurus kelas apalagi siap sedia jadi
ketua kelasnya. Biasanya, kalo di kelas ditanya, "Siapa yang mau jadi
ini-itu?" Seisi kelas pasti langsung hening. Jadi, beruntung banget
kelasmu kalo banyak dari temanmu yang bersedia buat jadi pengurus kelas.
Terutama buat kamu-kamu yang ogah disuruh-suruh.
Kelebihannya, mereka yang bersedia mengajukan dirinya
sendiri lebih tahu kapasitas masing-masing buat menjabat ketua
kelas/sekretaris/lain-lain karena mereka tahu kemampuan mereka sendiri dan
bidang yang akan digeluti.
2. Pemilu/Voting
Pemilu disini banyak macamnya. Ada yang modelnya tiap anak
mengajukan kandidat, setelah itu baru diadakan pemungutan suara. Ada pula yang
seisi kelas menyepakati beberapa kandidat, baru pemungutan suara.
Cara ini biasanya digunakan kalo seisi kelas udah saling
kenal dengan baik. Jadi, yang menilai cocok atau enggaknya seseorang jadi
pengurus kelas adalah temannya sendiri. Cara ini paling demokratis.
Kelebihannya, seisi kelas udah sepakat dengan bulat buat
mengangkat pengurus kelas.
Kekurangannya, biasanya butuh waktu lebih mulai dari
pemungutan suara sampai dengan penghitungan suara. Ditambah lagi kalo ada
kampanyenya, bisa-bisa nyedot uang kas juga. Kecuali kalo kalian pake teknologi
terbaru sih, voting online.
3. Diundi
Cara ini mirip kayak arisannya ibu-ibu PKK.
Cara I: Pas milih ketua kelas, ambil salah satu kertas
undian, yang namanya tertulis di kertas, dialah pemenangnya, eh maksudnya yang
jadi ketua kelasnya. Dan seterusnya.
Cara II: Cara ini kebalikannya dari cara pertama. Kalo tadi
yang ditulis di kertas adalah nama-nama tiap anak, di cara ini yang ditulis di
kertas adalah tulisan jabatan. Jadi, tiap anak mengambil kertas yang udah
disiapkan. Yang mendapatkan tulisan 'Ketua Kelas', maka dia jadi ketua
kelasnya. Yang mendapatkan tulisan 'Sekretaris', maka dia jadi sekretarisnya.
Dan seterusnya. Nah, yang mendapat kertas kosong, ZONK!! Coba lagi di periode
selanjutnya, ya...
Kelebihannya hanya buat kelas yang males milih pengurus
kelas. Soalnya kalo nggak diadakan pengundian, nggak akan ada yang mau jadi
pengurus kelas.
Kekurangannya, rempong bikin kertas undiannya. Selain itu,
biasanya jabatan dipegang oleh orang yang kadang nggak sesuai dengan
kemampuannya.
4. Ditunjuk
Cara yang paling praktis dan cepat. Terutama buat kelas yang
penghuninya males disuruh ini-itu di kelas. Tapi tetep aja cara ini juga banyak
kekurangannya. Kalo ditunjuk oleh sesama teman, kesannya jadi asal-asalan
banget karena pasti semua orang yang ditunjuk ogah jadi pengurus kelasnya
Jadi biar semuanya adil dan nggak ada yang merasa terbebani,
pengurus kelas ditunjuk sama wali kelasnya aja deh.
Semua cara ada
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tergantung kesepakatan kelasmu.
Sumber: Pengalaman
dan otak
Rabu, Februari 10, 2016
Alfa
Jujur dalam Membeli
Oleh: Alfa
Selasa, 25 Februari 2014 saya
membeli alat-alat tulis di sebuah toko buku dekat rumah saya. Toko buku itu
lumayan besar. Selain menjual buku-buku untuk TK-SMU dan umum, toko buku itu juga
menjual berbagai macam alat tulis serta alat-alat elektronik seperti laptop,
kamera, dan lain sebagainya. Konsepnya seperti supermarket / minimarket.
Sehingga pembeli tinggal mengambil sendiri barang-barang yang akan dibelinya.
Saya pergi sendiri ke toko buku
itu. Saya naik sepeda melewati jalan raya. Di toko buku tersebut sudah ada
banyak orang yang akan membeli barang-barang kebutuhannya. Ada juga orangtua
yang mengantarkan anak-anak mereka untuk membeli buku-buku pelajaran dan lain sebagainya.
Saya menyusuri rak-rak alat
tulis. Saya akan membeli tempat pensil, pulpen, dan penghapus. Saya
memilih-milih sebentar mana tempat pensil yang cocok bagi saya. Kebiasaan saya,
saya suka menjelajahi seluruh isi toko sebelum saya mengambil barang kemudian
membayarkannya ke kasir.
Setelah menemukan tempat pensil
berwarna biru, saya kemudian meninggalkan rak alat tulis dan mulai menyusuri
rak-rak buku. Saya berhenti di depan rak yang berisi novel-novel dan
melihat-lihat sebentar. Merasa tidak ada novel yang menarik, saya memutuskan
untuk kembali ke rak alat-alat tulis dan mengambil tempat pensil yang tadi
sudah saya pilih serta mengambil pulpen dan penghapus. Kemudian saya pergi ke
meja kasir untuk membayarkan barang-barang tersebut.
Setelah menerima bungkusan
barang-barang tadi dan menerima beberapa lembar uang kembalian, saya mengambil
sepeda saya yang telah saya parkir sebelumnya kemudian pulang.
Hikmah dari cerita diatas:
Toko buku tersebut telah
mengajari kita supaya berbuat jujur dengan cara tidak mengambil barang-barang
tanpa sepengetahuan orang lain.
Kamis, Februari 04, 2016
Alfa
Halo, ini Alfa. Pengelola
blog SEGI ENAM. Semua tentang saya ada disini.
Baiklah, langsung
saja kita mulai.
Arti Nama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): alfa/al-fa/: nama huruf pertama
abjad Yunani; yang pertama; permulaan.
(Aku tidak tahu
namaku, Alfa keren sewaktu aku masih kecil. Tapi sekarang aku sadar namaku
keren.)
Saya lahir di
penghujung tahun, 31 Desember.
Lahir dan dibesarkan
di Kota Kediri.
Angka favorit: 29
Warna favorit:
Hitam, putih, dan biru.
Motto hidup: Rendah
hati kepada semua orang.
Suka makan-makanan
pedas.
Menganggap dirinya
sendiri sebagai 'kompetitor terbesar'.
Bukan tipe orang
yang cerewet, jadi tidak bicara (dengan orang yang tidak akrab) jika tidak
ditanya dan jawabannya juga tidak panjang. Singkat, tapi mengena.
Nah, itulah
fakta-fakta tentang diri saya. Terima kasih telah meluangkan waktu membaca
tulisan saya.
Mohon maaf jika ada
salah kata. Saya membungkuk dalam.