Setiap kelas pasti punya pengurus kelas buat mengorganisir kelas supaya tetap kompak di sekolah, bahkan sampai lulus dari sekolah.
Siapa aja sih yang jadi orang-orang penting di kelas? Dan tugas orang penting itu ngapain aja?
Yuk, kita intip...

    1. Ketua Kelas
        Ini dia orang nomor satu di kelas. Jadi ketua kelas itu ternyata tanggung jawabnya gede. Tugas ketua kelas juga nggak bisa dibilang ringan. Karena itulah, ketua kelas menduduki nominasi pertama.
        Tugas ketua kelas nggak hanya memimpin do'a, Pancasila, dan memimpin hormat Selamat-pagi-cikgu.
        Ketua kelas itu pemimpin di kelas. Jika seluruh siswa di kelas ibarat sebuah pasukan, ketua kelas adalah panglima/jenderalnya. Ketua kelas punya tugas dan wewenang menghimpun, memimpin, serta mengkoordinir pasukannya, termasuk mengumpulkan tugas-tugas dari guru, dan lain sebagainya. Semua masalah di kelas harus dibicarakan dengan ketua kelas sebelum disampaikan ke wali kelas. Bisa dibilang ketua kelas adalah penghubung antara wali kelas dengan siswanya alias tangan kanannya wali kelas. Jadi, ketua kelas harus tahu setiap permasalahan di kelas beserta penyelesaiannya.
        Biasanya sih, ketua kelas jadi tukang ngasih informasi dari sekolah.

    2. Wakil Ketua Kelas
        Tugas wakil ketua kelas nggak hanya mendampingi ketua kelas. Emangnya ketua kelas itu balita, masih harus didampingi? Walaupun hanya punya embel-embel 'wakil', bukannya wakil ketua kelas itu nggak penting. Ketua kelas dan wakilnya akan berbagi tugas.
        Coba bayangkan kalo ketua kelasmu nggak masuk sekolah. Tanpa wakil ketua kelas, semua masalah di kelas nggak akan cepat terselesaikan.
        Tapi gimana kalo ketua dan wakil ketua kelas sama-sama nggak masuk sekolah?
        Kayaknya kelasmu butuh pertimbangan buat mengangkat lima orang ketua kelas sekaligus...

    3. Sekretaris
        Sekretaris artinya juru tulis. Sesuai namanya, tugas sekretaris kelas berhubungan dengan dunia tulis-menulis dan catat-mencatat. Contohnya mencatat siswa di kelas yang tidak masuk sekolah karena Sakit (S), Izin (I), atau Alpa (A) alias bolos sekolah. Itu semua dicatat di jurnal kelas. Selain itu, menulis jadwal pelajaran setiap hari serta guru yang mengajar mata pelajaran tersebut di hari itu, merekap kehadiran guru di kelas, dan menyimpan berkas-berkas penting lainnya.
        Karena tugas sekretaris juga lumayan banyak, maka jumlah sekretaris kelas biasanya ada dua orang. Nah, tugas sekretaris yang kedua juga tetap berhubungan dengan dunia tulis-menulis. Tapi nggak seperti sekretaris utama yang bertanggung jawab dengan jurnal kelas dan surat-surat, sekretaris 2 lebih fokus ke penulisan tugas/catatan di papan tulis.
        Jadi, semua hal yang berhubungan dengan dunia tulis-menulis dan catat-mencatat adalah tugas sekretaris, ya...

    4. Bendahara
        Kalo sekretaris kelas tugasnya berhubungan dengan dunia dunia tulis-menulis dan catat-mencatat, bendahara kelas tugasnya berhubungan dengan benda yang dibutuhkan oleh semua umat manusia di muka bumi: uang. Lebih tepatnya ngurusin uang kas kelas, mencatat arus keluar-masuknya uang kas alias dibelanjakan kemana aja tuh uang. Selain uang kas, masih banyak lagi 'uang-uang' yang harus diurusin sama bendahara kelas. Sebut aja uang buat fotokopi materi, uang patungan buat beliin buah-buahan untuk temen sekelas yang lagi sakit. Kan nggak seru nih kalo besuk temen yang sakit tapi kitanya nggak bawa apa-apa.
        Bendahara juga punya pembantu sama kayak sekretaris. Namanya bendahara 2. Tugas bendahara 2 nggak cuma kipas-kipas pake duit kas, minimal nagih anak-anak yang nunggak belum bayar kas. Jadi, tugas bendahara kelas adalah semua hal yang berhubungan dengan uang, uang, dan uang.

    5. Piket Kelas
        Emang sih, piket nggak termasuk jabatan di kelas yang terdengar mentereng. Piket justru lebih identik dengan 'tukang bersi-bersih kelas'. Apalagi kalo kondisi kelas kotor banget, pasti banyak yang ngomel, "Siapa sih petugas piket hari ini?!" Cocok banget kan kalo piket ada di kasta paling bawah.
        Tapi piket jangan dipandang sebelah mata. Petugas piket inilah yang bertanggung jawab akan kebersihan lingkungan kelas. Kalo kelas bersih, belajar pasti terasa nyaman kan?

Sebenarnya nggak ada yang nggak penting di kelas. Semua orang itu penting dan dibutuhkan. Ingat, satu kelas itu satu kesatuan dan saling melengkapi. Jadilah kelas yang kompak!


Sumber: Pengalaman dan otak



PERPUSTAKAAN DIGITAL


Perpustakaan digital adalah perpustakaan yang memiliki, mengelola dan menyebarluaskan sebagian koleksinya (baik sebagian besar maupun kecil) dalam bentuk digital serta menggunakan teknologi informasi atau perangkat digital untuk mengakses koleksi perpustakaan. Koleksi perpustakaan mulai dialih media ke dalam bentuk elektronik yang lebih tidak memakan tempat dan mudah ditemukan kembali. Ini adalah perkembangan mutakhir dari perpustakaan, yaitu dengan munculnya perpustakaan digital (digital library) yang memiliki keunggulan dalam kecepatan pengaksesan karena berorientasi ke data digital dan media jaringan  komputer (internet). Pengembangan perpustakaan menuju digital library sebenarnya bukan sekedar menyesuaikan dengan berkembangan Teknologi informasi, tetapi lebih karena tuntutan adanya perubahan paradigma perguruan tinggi, yang mencakup adanya perubahan paradigma dalam  pembelajaran dengan E-learning, perubahan dalam komunikasi ilmiah yang mengarah kepada e-research, serta kebutuhan mendesak untuk menciptakan information literacy diperguruan tinggi.
Dari sisi pandang komputerisasi, salah satu hal paling sulit dalam mengembangkan perpustakaan digital adalah bagaimana mencapai interoperability – bagaimana mempersatukan berbagai sistem komputer agar dapat “bekerja sama” dan saling berkomunikasi dengan baik. Sejak kelahirannya, sistem komputer selalu menghadapi persoalan ini, dan walaupun sudah ada berbagai cara untuk menyeragamkan gerak-gerik mesin ini (lewat standardisasi tentunya), namun kepentingan industri dan bisnis (selain juga perbedaan dalam perkembangan teknologi) selalu akhirnya menghasilkan sistem-sistem yang tidak dapat saling berkomunikasi secara lancar. Perpustakaan digital di berbagai institusi juga dibangun dengan berbagai sistem komputer yang berbeda, dikelola dengan manajemen yang berbeda, dan berada dalam kultur kerja yang berbeda. Salah satu “kelemahan” teknologi komputer adalah sifatnya yang sangat sensitif pada hal-hal lokal ini. Jika dua institusi yang berbeda gaya manajemen dan kulturnya menggunakan dua sistem komputer, maka walaupun mungkin merk komputernya serupa, belum tentu kedua institusi ini akan saling berkomunikasi dengan lancar.
Aspek interopabilitas seperti Technical interoperability, Semantic interoperability, Political/human interoperability, Intercommunity interoperability, Legal interoperatiblity, dan International interoperability.
Pada umumnya hampir sama dengan standar perpustakaan non digital, seperti yang tercantum dalam pasal 11 UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan (standar koleksi, standar sarana prasarana, standar pelayanan, standar tenaga perpustakaan, standar penyelenggaraan, standar pengelolaan), namun lebih ditekankan pada koleksi dan pelayanan digitalnya. Standar khusus untuk perpustakaan digital ini secara angka masih belum ditentukan dengan jelas, sehingga diperlukan rapat kerja khusus untuk menentukan standarisasinya. Beberapa standar yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut:
1. Standarisasi six-ware
2. Standarisasi koleksi digital
3. Standarisasi pengumpulan konten
4. Standarisasi proses scanning
5. Standarisasi inisial dari sub unit organisasi maupun inisial jenis koleksi.
6. Standarisasi isi file digital (meliputi isi dan tingkat akses)
7. Standarisasi tata nama file, folder, dan basis data digital
8. Standarisasi keamanan file digital
9. Standarisasi peminjaman koleksi digital
10. Standar pertukaran data misalnya adalah Z 39.50 oleh the American

Menurut Sulistyo-Basuki (1992) jaringan perpustakaan adalah sebuah kumpulan perpustakaan yang melayani sejumlah badan, instansi atau lembaga atau atau melayani berbagai instansi yang berada di bawah yurisdiksi tertentu dan memberikan sejumlah jasa sesuai rencana terpadu untuk mencapai tujuan bersama. Contoh Indonesia Digital Library Network merupakan salah satu ‘pioneer’ dalam pengembangan jaringan perpustakaan digital di Indonesia. Perpustakaan Institut Teknologi Bandung (ITB) lah yang menjadi tempat dimulainya sebuah ‘pilot project’ bagi pembangunan jaringan perpustakaan digital di Indonesia. Secara resmi IDLN dibentuk pada bulan Juni 2001 bersamaan dengan peluncuran aplikasi GDL 3.1 sebagai aplikasi resmi yang akan digunakan sebagai sarana tukar menukar akses informasi digital melalui jaringan perpustakaan digital ini. Sebagai jaringan yang cukup ‘tua’ yakni sudah berumur 10 tahun lebih, jaringan ini mencoba untuk tetap eksis dan melakukan berbagai upaya agar tidak mati. Hanya dari pengamatan penulis ternyata terdapat ‘banyak’ situs yang terkait IDLN sehingga terkesan kurang fokus mana yang menjadi situs utama dari IDLN ini. Sampai saat ini IDLN dapat diakses melalui alamat http://gdl.itb.ac.id,  http://digilib.itb.ac.id, dan http://hub.IndonesiaDL.net.  Bahkan satu situs yang sepertinya menjadi situs resmi saat ini tidak dapat diakses (tidak aktif) yakni http://www.Indonesiadln.org. Beberapa institusi yang tergabung dalam IDLN pada saat itu adalah Perpustakaan Pusat ITB, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan Jakarta, Magister Management Agribisnis IPB, Universitas Bina Nusantara, Universitas Syah Kuala Banda Aceh, Universitas Sam Ratulangi Manado, Universitas Heluoleo Kendari, dan Universitas Cendrawasih Papua.


Beberapa diantara kita biasanya kalo ada acara pemilihan pengurus kelas sukanya nunjuk-nunjuk teman yang lain biar dirinya sendiri nggak dipilih jadi pengurus kelas.
Hayo, yang merasa suka nunjuk-nunjuk orang lain...
Atau kamu malah korban dari penunjukan temanmu?
Coba aja nih cara memilih pengurus kelas...

    1. Mengajukan Diri
        "Aku siap jadi ketua kelas."
        Wiih, kalo ada temanmu yang kayak gini patut diacungi 2 jempol atau kalo perlu kasih tepuk tangan yang meriah deh. Jarang loh, ada teman yang mau mengajukan diri jadi pengurus kelas apalagi siap sedia jadi ketua kelasnya. Biasanya, kalo di kelas ditanya, "Siapa yang mau jadi ini-itu?" Seisi kelas pasti langsung hening. Jadi, beruntung banget kelasmu kalo banyak dari temanmu yang bersedia buat jadi pengurus kelas. Terutama buat kamu-kamu yang ogah disuruh-suruh.
        Kelebihannya, mereka yang bersedia mengajukan dirinya sendiri lebih tahu kapasitas masing-masing buat menjabat ketua kelas/sekretaris/lain-lain karena mereka tahu kemampuan mereka sendiri dan bidang yang akan digeluti.

    2. Pemilu/Voting
        Pemilu disini banyak macamnya. Ada yang modelnya tiap anak mengajukan kandidat, setelah itu baru diadakan pemungutan suara. Ada pula yang seisi kelas menyepakati beberapa kandidat, baru pemungutan suara.
        Cara ini biasanya digunakan kalo seisi kelas udah saling kenal dengan baik. Jadi, yang menilai cocok atau enggaknya seseorang jadi pengurus kelas adalah temannya sendiri. Cara ini paling demokratis.
        Kelebihannya, seisi kelas udah sepakat dengan bulat buat mengangkat pengurus kelas.
        Kekurangannya, biasanya butuh waktu lebih mulai dari pemungutan suara sampai dengan penghitungan suara. Ditambah lagi kalo ada kampanyenya, bisa-bisa nyedot uang kas juga. Kecuali kalo kalian pake teknologi terbaru sih, voting online.

    3. Diundi
        Cara ini mirip kayak arisannya ibu-ibu PKK.
        Cara I: Pas milih ketua kelas, ambil salah satu kertas undian, yang namanya tertulis di kertas, dialah pemenangnya, eh maksudnya yang jadi ketua kelasnya. Dan seterusnya.
        Cara II: Cara ini kebalikannya dari cara pertama. Kalo tadi yang ditulis di kertas adalah nama-nama tiap anak, di cara ini yang ditulis di kertas adalah tulisan jabatan. Jadi, tiap anak mengambil kertas yang udah disiapkan. Yang mendapatkan tulisan 'Ketua Kelas', maka dia jadi ketua kelasnya. Yang mendapatkan tulisan 'Sekretaris', maka dia jadi sekretarisnya. Dan seterusnya. Nah, yang mendapat kertas kosong, ZONK!! Coba lagi di periode selanjutnya, ya...
        Kelebihannya hanya buat kelas yang males milih pengurus kelas. Soalnya kalo nggak diadakan pengundian, nggak akan ada yang mau jadi pengurus kelas.
        Kekurangannya, rempong bikin kertas undiannya. Selain itu, biasanya jabatan dipegang oleh orang yang kadang nggak sesuai dengan kemampuannya.

    4. Ditunjuk
        Cara yang paling praktis dan cepat. Terutama buat kelas yang penghuninya males disuruh ini-itu di kelas. Tapi tetep aja cara ini juga banyak kekurangannya. Kalo ditunjuk oleh sesama teman, kesannya jadi asal-asalan banget karena pasti semua orang yang ditunjuk ogah jadi pengurus kelasnya
        Jadi biar semuanya adil dan nggak ada yang merasa terbebani, pengurus kelas ditunjuk sama wali kelasnya aja deh.

Semua cara ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tergantung kesepakatan kelasmu.


Sumber: Pengalaman dan otak



Jujur dalam Membeli
Oleh: Alfa



Selasa, 25 Februari 2014 saya membeli alat-alat tulis di sebuah toko buku dekat rumah saya. Toko buku itu lumayan besar. Selain menjual buku-buku untuk TK-SMU dan umum, toko buku itu juga menjual berbagai macam alat tulis serta alat-alat elektronik seperti laptop, kamera, dan lain sebagainya. Konsepnya seperti supermarket / minimarket. Sehingga pembeli tinggal mengambil sendiri barang-barang yang akan dibelinya.
Saya pergi sendiri ke toko buku itu. Saya naik sepeda melewati jalan raya. Di toko buku tersebut sudah ada banyak orang yang akan membeli barang-barang kebutuhannya. Ada juga orangtua yang mengantarkan anak-anak mereka untuk membeli buku-buku pelajaran dan lain sebagainya.
Saya menyusuri rak-rak alat tulis. Saya akan membeli tempat pensil, pulpen, dan penghapus. Saya memilih-milih sebentar mana tempat pensil yang cocok bagi saya. Kebiasaan saya, saya suka menjelajahi seluruh isi toko sebelum saya mengambil barang kemudian membayarkannya ke kasir.
Setelah menemukan tempat pensil berwarna biru, saya kemudian meninggalkan rak alat tulis dan mulai menyusuri rak-rak buku. Saya berhenti di depan rak yang berisi novel-novel dan melihat-lihat sebentar. Merasa tidak ada novel yang menarik, saya memutuskan untuk kembali ke rak alat-alat tulis dan mengambil tempat pensil yang tadi sudah saya pilih serta mengambil pulpen dan penghapus. Kemudian saya pergi ke meja kasir untuk membayarkan barang-barang tersebut.
Setelah menerima bungkusan barang-barang tadi dan menerima beberapa lembar uang kembalian, saya mengambil sepeda saya yang telah saya parkir sebelumnya kemudian pulang.


Hikmah dari cerita diatas:
Toko buku tersebut telah mengajari kita supaya berbuat jujur dengan cara tidak mengambil barang-barang tanpa sepengetahuan orang lain.